Search

KOMPOS


Pembuatan kompos terbagi dalam dua cara yaitu cara tradisional dan cara modern.
Kompos tradisional adalah kompos yang pembuatannya menggunakan teknologi sederhana yang berasal dari sampah kota  atau sisa pertanian
Kompos tradisional mengandalkan proses fermentasi alami,tanpa bantuan mikroorganisme buatan.Caranya cukup mudah,namun hasil jadinya tidak secepat kompos dengan bantuan mikroorganisme.Bahan yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah sayuran hijau,dan daun-daunan kering.Sayuran hijau yang mengandung Nitrogen (N) sedangkan daun-daunan kering berwarna coklat mengandung karbon (C)

JENIS KOMPOS

Pupuk hijau adalah adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri. Daun-daunan dapat langsung dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau. Unsur hara yang terdapat pupuk hijau misalnya: N, P, K, dan unsur lainnya. Contoh pupuk hijau yang mudah didapat adalah sisa hasil pertanian. Sisa hasil pertanian banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Pengembalian sisa tanaman diperlukan untuk mengembalikan unsur-unsur yang diambil tanaman unutk pertumbuhannya kembali lagi ke lahan pertanian. Upaya ini untuk menjaga kesuburan tanah.

Keranjang kompos Takakura merupakan hasil penemuan Mr. Koji Takakura, orang Jepang yang menemukan sistem pengolahan sampah organik. Keranjang Takatura kemudian berkembang sebagai alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Keranjang Takakura sangat mudah digunakan, bersih dan tidak berbau sehingga aman digunakan di lingkungan rumah.


Proses pengomposan Juga dapat melihatkan organisme Makro cacing tanah. Kerja sama seperti Antara
cacing tanah dengan mokro organisme penguraian yang memberi dampak proses
berjalan dengan baik. Walaupun sebagaian besar proses penguraian dilakukan oleh mikroorganisme, tetapi kehadiran cacing dapat membantu proses tersebut karena bahan-bahan yang akan diurai oleh mikroorganisme telah diurai lebih dahulu oleh cacing. Dengan demikian, kerja mikroorganisme lebih
efektif dan lebih Cepat.


Kompos Cara modern menggunakan  bantuan mesin kompos dan EM4.

Dengan alat ini akan dihasilkan pupuk organik yang lembut sehingga mudah dalam proses fermantasi.
 Cara pengoperasian    :
Setelah mesin dinyalakan, bahan pupuk organik dimasukkan dalam corong inlet, kemudian bahan akan masuk kedalam tabung penghancur, setelah hancur pupuk akan keluar melalui corong outlet, dengan di dorong oleh kipas yang befungsi sebagai blower pelempar hasil rajangan.



Teknologi EM pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang pada tahun 1980. EM merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk memfermentasi bahan organic. Bahan organic tersebut berupa sampah, kotoran ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan organic diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bisa diserap oleh tanaman. Dewasa ini Teknologi EM telah diterapkan secara luas dalam bidang pertanian, kehutanan, pengolahan limbah dan kesehatan.

Teknologi EM di Indonesia telah dimasyarakatkan kepada petani sejak tahun 1993, setelah dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian dalam skala terbatas oleh lembaga penelitian swasta dan universitas dari tahun 1990 sampai 1993. Usaha pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada awalnya diprakarsai oleh yayasan Indonesian Kyusei Nature Farming Societies, yaitu sebuah lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan masukan biaya rendah.