Search

Wayang Golek


Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Sunda, golek berasal dari Bahasa Jawa yang artinya boneka. Dalam kata wayang golek, golek tersebut artinya wayang berupa boneka yang terbuat dari kayu (Kamus LBSS, 1981 : 151). Dengan demikian golek dapat diartikan sebuah boneka yang terbuat dari kayu. Wayang golek itu sendiri adalah seni pertunjukan wayang yang terbuat dari kayu, yang merupakan teater rakyat yang sangat populer.

1.      Sejarah Wayang Golek
Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul wayang di Indonesia, diantaranya adalah :
a.       Wayang golek berasal dari kebudayaan yang sangat dipengaruhi oleh budaya Hindu.
b.      Wayang merupakan hasil kebudayaan asli masyarakat Jawa tanpa ada pengaruh budaya lain.
c.       Wayang berasal dari relief candi karena candi memuat cerita wayang.
Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

2.      Daerah Penyebaran
Wayang kulit dan wayang cepak banyak ditemukan di daerah Jawa, Bali, termasuk Kuningan. Untuk wayang golek itu sendiri dapat diemukan di daerah Pasundan.

3.      Tokoh-Tokoh dalam Wayang Golek
a.      Anoman
Anoman Perbancana Suta, atau Hanoman, kera berbulu putih putra Batara
Guru dari dewi Anjani. Ia pernah menjabat sebagai senapati kerajaan Mahespati, mengabdi kepada Batara Rama dalam kisah Ramayana. Ia juga memiliki umur yang sangat panjang, karena mempunyai tugas menyimpan sukma Rahwana di dalam cupunya. Anoman memiliki beberapa ajian. Aji Pancasona, kekuatan menerima bacokan musuh. Bayu Bajra, pukulan dengan tenaga ratusan kali sehingga bisa menjepit gunung sonara-sonara untuk menjepit tubuh dasamuka. Pancanaka, kuku ibu jarinya yang bisa digunakan sebagai senjata pembunuh yang hebat. Bayu Rota, kekuatan atau kecepatan secepat angin. Sirna Bobot, aji untuk meringankan tubuh saat terbang atau pun loncat.
b.      Arjuna
Arjuna adalah putra Pandu yang ketiga dari Dewi Kunti. Tinggal di Madukara, bagian dari kerajaan Amarta. Berparas tampan. Memiliki senjata pusaka keris Pancaroba, Ali-ali Ampal dan panah Pasopati. Arjuna sangat taat kepada gurunya, yaitu Resi Drona dari kerajaan Astina. Memilika putra salah satunya adalah Abimanyu.
c.       Aswatama
Aswatama adalah putra Resi Drona (guru Pandawa dan Kurawa). Putra satu-satunya, menjadikan Aswatama sangat disayang oleh ayahnya.
d.       Bambang Kaca
Bambang Kaca adalah putra Gatotkaca. Setelah masa Bratayuda, Astina kembali dikuasai pihak Pandawa. Parikesit, cucu Arjuna, menjadi raja saat itu. Sedangkan Bambang Kaca menjadi benteng pertahanan negara Astina. Mengenakan pakaian Kre Antakusuma (milik ayahnya). Suaranya pun mirip sekali dengan ayahnya.
e.       Bambang Sumantri
Bambang Sumantri adalah keponakan Rama Bergawa. Dia mempunyai adik bernama Sokrasana yang buruk rupa. Karena malu punyak adik buruk rupa akhirnya secara tidak sengaja Sokrasana terbunuh oleh kakaknya sendiri. Sumantri mati oleh Sokrasana yang menjelma menjadi buaya ketika Sumantri berkelahi dengan Rahwana.
f.       Batara Bayu
Batara Bayu adalah Dewa yang menguasai angin. Dia tinggal di Kahyangan Pangwalung. Ayahnya bernama Batara Guru. Ibunya bernama Dewi Uma. Istrinya bernama Dewi Sumi. Nama lain dari Batara Bayu adalah Batara Pawana Guru, Batara Prabancana, Batara Maruta. Batara Bayu memiliki beberapa ajian. Salah satunya adalah Aji Bayubajra. Yakni bisa mengeluarkan angin puting beliung untuk menyerang lawannya.
g.      Batara Guru 
Batara Guru adalah putra Sanghyang Tunggal. Merajai 3 alam. Alam Marcapada, alam Madyapada, dan alam Mayapada.
h.      Batara Kresna
Batara Kresna adalah raja kerajaan Dwarawati dan merupakan titisan Dewa Wisnu, ditugaskan untuk menyelesaikan segala macam permasalahan yang terjadi di muka bumi. Mempunyai senjata  Gambar Lopian yang bisa melihat keadaan di seluruh belahan penjuru dunia.
i.        Batara Rama
Batara Rama atau Sri Rama atau Ramawijaya adalah raja dari kerajaan Ayodya. Putra prabu Dasarata. Beristerikan Dewi Shinta, setelah memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan Mantili.
j.        Bima
Bima adalah putra Pandu yang kedua dari ibu Dewi Kunti. Menikah dengan Arimbi. Bima adalah ayahanda Gatotkaca. Memiliki kuku pancanaka. Ada seekor ular di lehernya. Jika Bima berbohong maka ular tersebut akan menggigit lehernya. Sehingga Bima dikenal dengan karakter yang tidak pernah berbohong.
k.      Cepot
Astrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen (sebetulnya Cepot lahir dari saung). Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa pun baik ksatria, raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik. Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Selalu menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi majikannya.
l.        Dawala
Dawala adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Sangat setia menemani kakaknya Cepot kemana pun pergi.
m.    Gareng
Gareng adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Gareng biasanya selalu di rumah saja membantu ibu Sutiragen melakukan berbagai pejkerjaan rumah.
n.      Gatot Kaca
Gatotkaca, salah seorang tokoh dari epos Mahabharata. Putra Arya Bima & Arimbi. Bima memberi nama anaknya itu Jabang Tutuka.
Gatotkaca sakti mandraguna dengan segala ilmu dan aji-aji pamungkasnya seperti Brajamusti, Krincing Wesi, Bajingiring, Garuda Ngapak dan sebagainya. Dikenal dengan julukan otot kawat, tulang baja, daging besi.
Lebih dari itu dia pun memiliki jiwa seni yang tinggi. Gatot kaca sendiri memiliki banyak nama pemberian dewa. Namun yang dipakai adalah nama Gatotkaca, nama pemberian dari Batara Guru saat di sawarga maniloka
o.      Nakula
Nakula adalah putra Pandu yang keempat. Disebut juga Pandawa yang ke-empat. Memiliki saudara kembar yaitu Sadewa.
p.      Sadewa
Sadewa adalah putra Pandu yang kelima. Disebut juga Pandawa yang kelima. Memiliki saudara kembar yaitu Nakula.
q.      Yudhistira
Yudistira adalah putra Pandu yang pertama dari ibu Dewi Kunti.
Ia adalah raja Amarta.
Ialah yang memegang pusaka sakti Layang Jamus Kalimusada.
r.       Semar Badranaya




Semar Badranaya adalah penjelmaan dewa, yakni Batara Ismaya. Istrinya bernama Sutiragen putra Raja dari kerajaan Sekarnumbe. Anaknya bernama Cepot, Dewala dan Gareng. Di Sawarga Maniloka dia mempunyai anak yaitu Batara Surya (dewa matahari). Ia adalah tokoh wayang yang paling sakti dari semua tokoh wayang. Semar berkulit hitam, (seperti buah manggis / manggu yang telah hitam berarti telah matang) melambangkan telah dewasa atau matang baik dalam mental dan pemikiran. Berwajah putih. Wajah adalah cerminan dari hati. Semar berhati putih, suci, bersih.
4.      Pertunjukan
Pada mulanya, pertunjukan wayang hanya dilakukan malam hari. Hal ini berkaitan dengan sifat pementasan wayang yang menitikberatkan tampilan bayangan pada kelir. Pertunjukan wayang golek bisa diadakan di tempat tertutup dan terbuka.

5.      Alat Musik yang Digunakan
a.       Biola
b.      Bonang
c.       Cempala
d.      Gambang
e.       Goong
f.       Jenglong
g.      Kecrek
h.      Panerus
i.        Peking
j.        Rebab
k.      Saron
l.        Suling
m.    Terompet

6.      Lagu yang Digunakan
a.       Bendrong
b.      Karawitan
c.       Lagu Karatagan
d.      Macan ucul
e.       Renggong gancang
f.       Waredan, dll.

7.      Alat Pendukung Lainnya
a.       Dalang (memimpin pertunjukan)
b.      Juru alok (penyanyi laki-laki)
c.       Nayaga (penabuh alat musik)
d.      Sinden (penyanyi wanita)

8.      Dalang yang Terkenal
a.       Ade Kosasih
b.      Asep Sunandar
c.       Cecep Supriadi
d.      Dede Amung
e.       Parta Suanda (pencipta wayang modern)
Di daerah Kuningan :
a.       Hasan Apirin
b.      Jojo Hamzah
c.       Maksum Trisnayuana
d.      Omon
e.       Sukatna Muda

9.      Sinden yang Terkenal
a.       Aandarwati
b.      Kokom Komalasari
c.       Nunung Nurmalasari
d.      Titin Patimah (Alm)
e.       Upit Sarimanah (Alm)
Di daerah Kuningan :
a.       Enjum Jumiati
b.      Ikit Juwitasari

10. Makna yang Terkandung
Menggambarkan kehidupan manusia yang mencerminkan adanya sikap baik/buruk. Bentuk serta warna pada wayang pun mengandung makna mengenai watak kehidupan manusia, mislanya warna hitam berarti langgeng/abadi.